Pesona Investasi Sebagai Bond Holder, Ini Pengertian, Keuntungan, dan Risikonya
Investasi obligasi memang memiliki daya tarik yang sulit untuk diabaikan oleh para pemilik modal. Tak terkecuali di Indonesia, obligasi tetap menjadi salah satu instrumen investasi favorit banyak orang karena mampu memberi peluang keuntungan yang cukup menarik dan tingkat risiko yang mudah ditoleransi.
Berbicara soal investasi obligasi, apakah Anda pernah mendengar istilah bond holder? Secara umum, istilah bond holder berarti sebagai investor yang berinvestasi di produk obligasi alias pemegang obligasi. Tak sekadar menjadi seorang investor, pada dasarnya bond holder adalah pihak yang memberi pinjaman modal ke penerbit obligasi dengan ketentuan dan cara kerja khusus.
Menjadi salah satu pilihan investasi yang menarik, Anda tentu perlu memahami tentang apa itu bond holder, termasuk keuntungan, risiko, serta berbagai hal penting seputarnya. Nah, untuk memahami lebih lanjut mengenai bond holder, simak panduannya berikut ini.
Pengertian Bond Holder
Bond holder adalah istilah yang mengacu pada individu ataupun entitas yang memegang obligasi atau surat utang yang diterbitkan pemerintah, perusahaan, maupun entitas lain. Bond holder atau pemegang obligasi merupakan bagian dari kontrak obligasi yang meminjamkan dana pada penerbitnya.
Tak sekadar memberi pinjaman dana, pemegang obligasi dijanjikan akan mendapat pembayaran bunga atau kupon secara berkala. Pokok pinjamannya pun akan dikembalikan ketika obligasi sudah jatuh tempo atau kedaluwarsa. Pada konteks ini, bond holder mempunyai terhadap pembayaran bunga selama periode obligasi dan hak pengembalian uang pokok menyesuaikan kontrak obligasi.
Dengan menjadi bond holder, Anda tak mempunyai hak kepemilikan perusahaan selayaknya pemegang saham. Sebagai pemegang obligasi, Anda berperan sebagai kreditur yang memberi pinjaman pada penerbit obligasi. Juga, karena prioritasnya yang lebih tinggi, bond holder akan didahulukan untuk mendapat pengembalian uang saat perusahaan mengalami likuidasi dibanding pemegang saham.
Cara Kerja Menjadi Bond Holder
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pihak yang berinvestasi di produk obligasi disebut sebagai bond holder. Investor membeli obligasi secara langsung dari entitas yang menerbitkan aset pendapatan tetap tersebut. Obligasi umumnya diterbitkan oleh pemerintah dengan tingkatan berbeda, seperti pemerintah pusat atau daerah, termasuk perusahaan swasta.
Obligasi sendiri ditawarkan saat entitas penerbitnya ingin mendapatkan pendanaan untuk tujuan tertentu. Contohnya, perusahaan menerbitkan obligasi agar bisa memperoleh dana untuk menjalankan proyek ekspansi.
Ketika membeli obligasi, bond holder akan memberi dana di awal. Sebagai gantinya, pemegang obligasi dijanjikan dengan keuntungan dari pokok investasinya saat jatuh tempo. Beberapa penerbit obligasi juga menjanjikan pembayaran kupon secara berkala dan diberikan sebelum ataupun saat jatuh tempo.
Hal yang Penting Dipahami oleh Bond Holder
Ketika tertarik untuk menjadi bond holder, ada beberapa hal penting yang wajib Anda pahami, antara lain:
1. Kupon Bunga
Kupon bunga adalah tingkat bunga yang akan dibayarkan pihak penerbit ke pemegang obligasi sebagai keuntungan investasi. Jenis kupon bunga ini bisa bersifat tetap atau mengambang sesuai kebijakan penerbit obligasi.
Namun, pahami juga jika ada penerbit obligasi yang tak membayar kupon bunga kepada investornya. Melainkan, mereka menjual obligasinya dengan harga lebih rendah dibanding nilai pokok alias dengan diskon. Contohnya, obligasi zero coupon tak membayar kupon bunga, tapi menjual produknya dengan harga lebih rendah dibanding nilai pokok obligasi sebagai peluang keuntungan bagi investor.
2. Tanggal Jatuh Tempo
Selain itu, Anda juga perlu memahami tentang tanggal jatuh tempo obligasi di mana pihak penerbit harus membayar pokok investasi ke pemegang obligasi. Kebanyakan sekuritas pemerintah membayar kembali pokok pinjaman tersebut saat jatuh tempo.
Tapi, korporasi yang menerbitkan obligasi memiliki beberapa pilihan terkait caranya mengembalikan pokok pinjamannya. Cara paling umum adalah membayar seluruh pokok investasi di tanggal jatuh tempo. Cara yang kedua, perusahaan mengembalikan pokok investasi dengan nominal tertentu yang dicicil setiap tahun hingga akhirnya dilunasi ketika jatuh tempo.
Juga, ada beberapa obligasi yang disebut callable bonds, di mana penerbit obligasi bisa menarik kembali utangnya sebelum jatuh tempo. Meski bisa ditarik lebih awal, tapi investor obligasi jenis ini tetap dijamin akan mendapatkan pembayaran kupon yang telah dijanjikan sebelumnya.
3. Peringkat Kredit
Tak kalah pentingnya, Anda juga perlu mencermati peringkat kredit dari penerbit obligasi. Pasalnya, aspek ini berpengaruh besar terhadap tingkat risiko dan keuntungan yang mungkin diperoleh bond holder.
Secara umum, peringkat kredit adalah ukuran kelayakan kredit penerbit obligasi. Dengan melihat peringkat kreditnya, Anda bisa mengetahui gambaran risiko berinvestasi di produk obligasi yang diterbitkan pemerintah ataupun perusahaan. Klasifikasi peringkat kredit umumnya berbeda tergantung dari kebijakan lembaga pemeringkat obligasi, dari tingkat paling rendah ke paling tinggi.
Jenis Obligasi
Secara umum, jenis obligasi dibedakan menjadi 2, yaitu obligasi pemerintah yang diterbitkan oleh pemerintah, dan obligasi korporasi yang diterbitkan oleh korporasi atau perusahaan. Pada dasarnya, baik obligasi pemerintah dan obligasi korporasi tak memiliki perbedaan yang signifikan. Hanya saja, risiko obligasi pemerintah dianggap lebih kecil dibanding obligasi korporasi karena cenderung lebih mampu memenuhi kewajibannya ke pihak bond holder.
Sumber Pemasukan Bond Holder
Pada dasarnya, sumber pemasukan bond holder berasal dari 2 cara, yaitu kupon bunga dan menjualnya kembali di pasar sekunder. Untuk kupon bunga, keuntungan tersebut bisa diperoleh sesuai kesepakatan pada kontrak obligasi, bisa 4 persen sampai 6 persen per tahun dari nilai pokok investasi yang diberikan.
Sementara keuntungan dari penjualan di pasar sekunder menyesuaikan dengan capital gain dari produk obligasi itu sendiri. Jika nilainya meningkat, Anda bisa menjual obligasi ini di pasar sekunder dan memperoleh capital gain dari selisihnya dengan harga beli sebagai keuntungan.
Keuntungan Bond Holder
Sebagai instrumen investasi, ada banyak keuntungan yang bisa Anda dapatkan ketika menjadi bond holder, antara lain:
1. Risiko Rendah
Keuntungan yang bisa didapatkan oleh bond holder mencakup instrumen investasi dengan tingkat risiko yang cukup rendah. Pemegang obligasi berkesempatan mendapat keuntungan dari pembayaran bunga secara berkala dan pengembalian pokok investasi saat jatuh tempo.
Menjadi bond holder secara umum memberi kesempatan berinvestasi di instrumen rendah risiko dibanding efek lain seperti saham. Hal ini karena obligasi termasuk sebagai instrumen pendapatan tetap yang menjamin pembayaran kupon bunga secara konsisten hingga jatuh tempo.
2. Beban Pajak Terjangkau
Tak kalah menariknya, aktivitas investasi di produk obligasi umumnya terbebas dari beban pajak. Hal ini tentu saja mampu memaksimalkan keuntungan yang diperoleh bond holder karena tak terlalu banyak dipangkas oleh pajak.
Prioritas Pembayaran Pokok Investasi
Dalam kasus kebangkrutan atau default pada perusahaan penerbit obligasi, bond holder dijamin sebagai pihak prioritas yang pertama kali mendapatkan reimbursement. Sementara pemegang saham biasa umumnya berada di prioritas lebih rendah dalam pembayaran kembali modal investasinya. Sehingga, menjadi bond holder ini bisa dipilih sebagai opsi bagi Anda yang ingin berinvestasi dengan lebih aman tapi tetap mampu memberi potensi imbal hasil menjanjikan.
Risiko Bond Holder
Meski menawarkan beragam keuntungan di atas, menjadi bond holder juga memiliki beberapa risiko yang perlu diantisipasi, antara lain:
1. Risiko Inflasi
Risiko investasi obligasi yang pertama adalah adalah tingkat kupon bunga yang mungkin tak sebanding dengan laju inflasi. Risiko inflasi ini terjadi saat perhitungan kenaikan harga kebutuhan lebih tinggi dibanding keuntungan bunga obligasi.
Misalnya, ketika bunga obligasi berada di angka 2 persen, tapi laju inflasinya sebesar 3 persen. Hal ini tentu membuat bond holder menelan kerugian karena tingkat bunga obligasinya lebih rendah dibanding laju inflasi.
2. Risiko Suku Bunga
Risiko lainnya terjadi ketika tingkat bunga acuan meningkat. Ketika berinvestasi di obligasi bunga tetap, kenaikan suku bunga ini akan memicu opportunity loss bagi bond holder karena mendapat kupon bunga lebih rendah. Alhasil, pemegang obligasi akan mendapat keuntungan lebih rendah dibanding instrumen lain yang nilainya meningkat karena kondisi pasar yang memuncak.
Sebagai contoh, Anda membeli obligasi bunga tetap dengan kupon 4 persen dan waktu jatuh tempo 3 tahun. Setahun berselang, suku bunga acuan meningkat di angka 6 persen karena faktor ekonomi. Tentunya, berinvestasi di obligasi tersebut terasa merugikan karena Anda kehilangan kesempatan untuk membeli obligasi baru dengan kupon bunga lebih tinggi.
Risiko tersebut akan memicu kerugian lebih besar karena nilai obligasi di pasar sekunder menurun. Alasannya karena ada lebih sedikit investor yang tertarik untuk membeli obligasi dengan kupon bunga lebih kecil dibanding tingkat bunga di pasaran.
Menjadi Bond Holder Cocok untuk Investor yang Menghindari Risiko
Sebagai instrumen pendapatan tetap, obligasi secara umum dianggap sebagai aset investasi yang aman dan rendah risiko. Tapi, tetap pahami jika investasi di produk ini memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan agar terhindar dari risiko kerugian. Jadi, sesuaikan rencana dan tujuan investasi ketika tertarik untuk menjadi bond holder guna memaksimalkan sederet keuntungannya.