4 Mitos Reksa Dana Dolar yang Sering Orang Salah Paham
Investasi selalu bisa menjadi sarana ideal bagi seseorang yang ingin mengembangkan kekayaan dan memperoleh pendapatan pasif seiring waktu. Pilihan instrumen investasi pun sangat beragam menyesuaikan keinginan dan kebutuhan investor, mulai dari produk domestik ataupun luar negeri.
Salah satu instrumen investasi yang cukup sering menarik perhatian para investor di dalam negeri adalah reksa dana dolar. Sesuai namanya, reksa dana dolar adalah jenis reksa dana yang menjadikan mata uang Amerika Serikat atau dolar sebagai produk valuta asing utamanya.
Meski populer dijadikan pilihan investasi, ada beberapa mitos reksa dana dolar yang keliru tapi kerap dipercaya oleh orang awam. Apa saja? Nah, untuk mengetahui apa saja 4 mitos reksa dana dolar dan fakta sebenarnya, simak penjelasan berikut ini.
Portofolionya Berisi Aset Asing
Yang namanya reksa dana, portofolio di dalamnya pasti berisikan berbagai jenis efek yang diatur sedemikian rupa oleh Manajer Investasi sesuai jenis dan kebijakan produk yang dikelolanya. Namun, terkait pengelolaan portofolio reksa dana, Otoritas Jasa Keuangan atau OJK memiliki aturan khusus jika Manajer Investasi diwajibkan hanya memperdagangkan maksimal 15 persen NAB pada bursa efek di luar negeri.
Dalam kata lain, setiap produk reksa dana yang diperdagangkan di Indonesia mayoritas portofolio efeknya berasal dari dalam negeri. Lebih tepatnya, 85 persen total dana kelolaan reksa dana wajib dibelanjakan pada efek dari dalam negeri.
Bagi yang belum tahu, efek merupakan istilah yang mengacu pada segala jenis aset ataupun instrumen keuangan yang bisa diperdagangkan pada bursa, seperti obligasi atau surat utang, saham, maupun jenis surat berharga lain. Surat utang negara juga ada yang diterbitkan menggunakan mata uang asing, misalnya USD atau dolar Amerika Serikat.
Dari aturan OJK tersebut, bisa dipahami jika mayoritas portofolio reksa dana dolar tak berisi aset asing, melainkan surat utang negara dengan bentuk USD, contohnya RI0035 dan RI0038. Sehingga, para reksa dana dolar jenis campuran serta saham, 85 persen aset di portofolionya masih berisi saham domestik.
Tapi, pada perhitungan NAB per Unitnya, nilai tukar yang digunakan diubah menjadi USD atau dolar. Jadi, mitos reksa dana dolar memiliki portofolio berisi efek asing sudah terbantahkan dan tak boleh lagi Anda percaya karena bisa memberi perspektif keliru soal investasi di instrumen tersebut.
Nilainya Tak Terpengaruh Fluktuasi Kurs
Mitos reksa dana dolar lain yang salah kaprah dipahami investor awam adalah nilainya secara umum tak dipengaruhi fluktuasi kurs rupiah-dollar. Faktanya, perubahan kurs sedikit banyak pasti mempengaruhi imbal hasil investasi di reksa dana tersebut.
Dari cara kerjanya, reksa dana dolar menggunakan mata uang USD yang dikonversi menjadi rupiah saat digunakan untuk membeli aset dari dalam negeri. Karenanya, jika rupiah menguat, maka kinerja reksa dana ini sudah pasti akan menjadi lebih positif.
Misalnya, produk reksa dana dolar mempunyai aset saham domestik sejumlah 850 juta rupiah, dengan kurs ketika pembelian senilai 14 ribu per 1$. Dari contoh tersebut, artinya terdapat aset portofolio sejumlah sekitar 61 ribu USD yang dibelanjakan ke efek lokal.
Lalu, beberapa bulan berselang, rupiah mengalami penguatan menjadi 13 ribu per 1$. Karena efek penguatan rupiah tersebut, aset 850 juta rupiah bernilai sekitar 65 ribu USD. Sehingga, bisa dipahami jika reksa dana tersebut mendapatkan keuntungan sekitar 4 ribu USD hanya dari penguatan kurs.
Namun, jika yang terjadi malah pelemahan kurs, maka nilai reksa dana juga akan mengalami kerugian dan hal ini penting untuk dipahami oleh para investornya.
Reksa Dana Dolar Selalu Berjenis Pendapatan Tetap
Secara umum, kebanyakan reksa dana dolar berisi obligasi maupun efek utang yang dihargai menggunakan mata uang USD dan diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan di Indonesia. Hal ini memunculkan anggapan jika reksa dana jenis ini pasti berjenis pendapatan tetap saja.
Akan tetapi, saat ini terdapat reksa dana pasar uang yang menggunakan mata uang dolar, pun reksa dana saham. Walaupun begitu, persentase efek dolar di dalamnya hanya dibatasi sebesar 15 persen. Sisanya dibelanjakan saham domestik, dengan perhitungan dari NAB per UP diubah menjadi USD.
Pembelian Reksa Dana Dolar Minimal $1000
Mitos reksa dana dolar terakhir yang tak seharusnya dipercaya adalah pembelian minimalnya pasti sebesar 1000 USD per unit. Mitos ini tentu saja keliru karena penerbitan reksa dana jenis ini dibanderol dengan harga mulai dari 1 USD saja dengan desimal 4 sampai 6 angka di belakang koma. Jadi, reksa dana jenis ini bisa dibeli dengan nominal yang cukup terjangkau dan mudah diakses oleh mayoritas investor.
Ketahui Fakta di Balik Mitos Reksa Dana Dolar agar Lebih Tepat Ambil Keputusan
Itulah penjelasan tentang mitos reksa dana dolar yang tak seharusnya Anda percaya agar tak mengganggu aktivitas investasi di instrumen tersebut. Sebagai alternatif investasi mata uang asing yang menjanjikan, reksa dana dolar memang layak dijadikan pilihan. Yang terpenting, pahami dulu kebenaran dari mitos reksa dana dolar agar mampu lebih tepat mengambil keputusan saat berinvestasi.