Hindari Sikap Kompulsif, Lakukan 10 Cara Ini untuk Mengelola Emosi saat Berinvestasi
Memberi peluang untuk mendapatkan imbal hasil secara pasif, investasi adalah salah satu sarana yang mampu membawa investor meraih kondisi keuangan yang lebih tinggi. Bahkan, jika dilakukan dalam jangka panjang dan konsisten, investasi mampu memberi kesempatan bagi seseorang untuk menggapai kebebasan finansial alias financial freedom.
Walaupun begitu, investasi juga memiliki banyak sekali tantangan agar bisa memaksimalkan potensi keuntungan yang diberikan. Salah satunya adalah mengelola emosi saat berinvestasi. Jika investor mengedepankan emosi dalam menanam modal, risiko keliru mengambil keputusan karena sikap kompulsif menjadi lebih tinggi.
Sebagai investor yang bijak, mengambil keputusan investasi berdasarkan pertimbangan matang dan hasil analisis akurat tentu sangat penting ketimbang menggunakan emosi. Nah, untuk menghindari risiko mengambil keputusan kompulsif, Anda perlu menyimak 10 tips mengelola emosi saat berinvestasi berikut ini.
Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati Invest solusinya!
1. Pasang Tujuan Investasi untuk Jangka Panjang
Hal pertama yang perlu dilakukan agar mampu mengelola emosi saat berinvestasi adalah menentukan tujuan jangka panjang. Dengan memiliki orientasi investasi jangka panjang, Anda tidak akan rentan memberi reaksi impulsif ketika terjadi fluktuasi harga jangka pendek.
Di samping itu, tujuan investasi berjangka panjang juga mampu memberi gambaran lebih besar terhadap rencana investasi dan langkah yang sebaiknya diambil seiring waktu. Juga, tentukan tujuan investasi secara jelas dan terarah agar rencana jangka panjang tersebut bisa diwujudkan dengan lebih optimal. Beberapa contoh tujuan investasi jangka panjang adalah dana pensiun, membeli rumah, hingga mengumpulkan dana pendidikan anak.
2. Susun Rencana Investasi sesuai Tujuan
Dengan memiliki tujuan investasi berjangka panjang yang jelas, Anda akan lebih mudah menyusun rencana untuk menggapainya. Misalnya, jika investasi dilakukan untuk tabungan pensiun puluhan tahun mendatang, investasi di instrumen berisiko tinggi seperti saham lebih dianjurkan. Pasalnya, potensi keuntungan yang diberikan lebih maksimal dan mampu mewujudkan tujuan investasi secara optimal.
Rencana investasi ini juga penting untuk disusun sesuai tujuan agar bisa lebih terarah selama menanam modal. Gempuran fluktuasi pasar modal pun tidak akan mudah menggoyahkan niat investasi, apalagi sampai membuat emosi mengambil alih keputusan investasi.
3. Alokasikan Aset sesuai Profil Risiko
Berkaitan dengan poin sebelumnya, susun rencana investasi dengan mengalokasikan aset pada jenis instrumen yang sesuai dengan profil risiko. Secara umum, profil risiko investasi bisa dibagi menjadi 3 jenis, yaitu konservatif, moderat, dan agresif.
Jika memiliki profil risiko konservatif, artinya investor mempunyai toleransi risiko rendah dan idealnya memilih instrumen yang stabil dan minim risiko seperti deposito dan pasar uang. Sementara investor moderat cukup berani mengambil risiko investasi asal tak terlalu besar. Karenanya, investor jenis ini dianjurkan memilih instrumen investasi berisiko sedang, seperti aset pendapatan tetap, obligasi, dan reksa dana campuran.
Lalu, untuk investor agresif memiliki kecenderungan untuk berani mengambil risiko tinggi asal mampu mendulang potensi keuntungan yang tak kalah besarnya. Contoh instrumen investasi yang cocok dipilih investor jenis ini adalah saham dan crypto. Tentunya, Anda perlu menyesuaikan profil risiko dan tujuan investasi agar bisa menentukan opsi instrumen investasi terbaik.
4. Gunakan Aturan Take Profit & Stop Loss
Terkadang, investor akan menggunakan emosi saat investasi karena efek loss aversion, yakni ketakutan akan kerugian yang membuatnya tak mau melepas saham yang dimiliki meski sudah merugi. Untuk menyiasati hal ini, Anda bisa menggunakan aturan take profit serta stop loss saat investasi.
Bagaimana maksudnya? Take profit adalah strategi di mana investor memiliki target keuntungan yang ingin diraih. Ketika kinerja investasinya telah berhasil memenuhi target keuntungan tersebut, mereka akan mencairkannya meski emosi mendorong untuk bertindak sebaliknya.
Sedangkan stop loss merupakan ketetapan batas kerugian maksimal yang bisa ditoleransi investor. Jika nilai kerugian investasi telah mencapai titik stop loss ini, investor harus segera melakukan exit strategy guna meminimalkan risiko kerugian lebih besar lagi.
5. Jangan Investasi Karena FOMO atau Panik
Tips selanjutnya, jangan pernah berinvestasi hanya karena mengikuti tren ataupun FOMO alias fear of missing out. Jangan pula gegabah mengambil keputusan investasi karena panik maupun euforia belaka. Pasalnya, hal tersebut bisa meningkatkan risiko karena langkah investasi diambil tanpa pertimbangan yang jelas.
Tetap berpegang teguh dengan rencana investasi serta menganalisis tren pasar dengan teknik yang jelas. Semakin banyak informasi yang diketahui, potensi untuk mengambil keputusan investasi dengan tepat akan menjadi lebih tinggi. Risiko keliru mengambil langkah karena emosi saat investasi pun bisa diminimalkan.
Setidaknya, cari tahu cara membaca laporan finansial, membaca grafik tren harga, serta memahami teknik analisis teknikal dan fundamental dasar agar bisa meningkatkan akurasi riset saat investasi.
6. Selalu Ingat Diversifikasi Portofolio
Ketika investasi, jangan pernah meletakkan semua modal di satu jenis instrumen atau aset dengan sektor bisnis serupa. Sebab, risiko kerugian bisa sangat besar jika sebagai investor Anda tak melakukan diversifikasi.
Diversifikasi sendiri dilakukan dengan mengalokasikan modal investasi ke beberapa instrumen berbeda. Sebagai contoh, letakkan 50 persen dana investasi ke instrumen pasar uang, 30 persen di produk obligasi, dan 20 persen sisanya ke saham. Dengan begitu, risiko investasi bisa disebar dan tak sampai memicu penurunan nilai investasi secara masif hingga memunculkan emosi.
7. Minta Second Opinion dari Mentor
Tak kalah pentingnya, menghindari emosi saat berinvestasi juga bisa dilakukan dengan memiliki mentor atau pihak profesional. Dengan meminta opini kedua dari orang yang lebih berpengalaman di pasar modal, Anda bisa mengambil keputusan investasi lebih obyektif dan tak sekadar mengedepankan emosi.
8. Fokus pada Keuntungan Jangka Panjang
Mengelola emosi saat berinvestasi juga dapat dilakukan dengan cara fokus pada keuntungan jangka panjang. Jangan biarkan fluktuasi pasar jangka pendek turut mempengaruhi pandangan Anda seputar kinerja investasi hingga mengacaukan rencana jangka panjang yang telah dibuat. Meski sulit bagi investor pemula, tapi usahakan untuk tak mudah terganggu dengan guncangan sesaat agar tak tenggelam dalam emosi ketika investasi.
9. Jangan Terlalu Sering Cek Portofolio
Terkadang, alasan Anda kerap merasa emosi saat investasi adalah kebiasaan mengecek portofolio terlalu sering. Pada dasarnya, tak ada yang salah dengan kebiasaan memantau portofolio secara berkala, apalagi jika tujuannya untuk mencermati kondisi pasar. Tapi, yang menjadi masalah adalah ketika Anda terbawa emosi ketika melihat nilai portofolio menurun dan membuat pikiran tidak tenang.
Untuk menghindari hal tersebut, cukup lakukan evaluasi portofolio investasi secara berkala, misalnya 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali. Sembari mengecek portofolio tersebut, lakukan pula riset dan review untuk menentukan langkah investasi selanjutnya demi mengoptimalkan potensi keuntungannya.
10. Latih Kesabaran dan Kendali Diri
Tips mengelola emosi saat berinvestasi yang terakhir adalah melatih kesabaran serta kendali diri. Hal ini sangat penting dilakukan mengingat investasi merupakan perjalanan jangka panjang dan perlu dilakukan dengan konsisten, disiplin, serta sabar.
Hindari mengambil keputusan secara impulsif hanya karena emosi sesaat. Jika memang merasa stres serta sulit berfokus pada data, tenangkan diri dan lakukan meditasi agar bisa meredam emosi dan tak sampai mengacaukan aktivitas investasi.
Ingat, Butuh Konsistensi dan Kesabaran agar Bisa Sukses Berinvestasi
Secara umum, investasi adalah aktivitas yang bisa memberi potensi keuntungan menjanjikan jika dilakukan dengan pertimbangan matang berdasarkan data dan hasil analisis. Jika dilakukan dengan mengutamakan emosi, investasi sering kali akan berakhir dengan kegagalan. Untuk itu, lakukan tips mengelola emosi saat berinvestasi di atas dan kuatkan niat serta kesabaran agar mampu mendulang sukses dari menanam modal.